PUISI JOKO PINURBO & SAPARDI JOKO DAMONO
KAMUS KECIL
Saya dibesarkan
oleh bahasa Indonesia yang pintar dan lucu
Walau kadang
rumit dan membingungkan
Ia mengajari saya
cara mengarang ilmu
Sehingga saya
tahu
Bahwa sumber
segala kisah adalah kasih
Bahwa ingin
berawal dari angan
Bahwa ibu tak
pernah kehilangan iba
Bahwa segala yang
baik akan berbiak
Bahwa orang ramah
tidak mudah marah
Bahwa untuk
menjadi gagah kau harus menjadi gigih
Bahwa seorang
bintang harus tahan banting
Bahwa orang lebih
takut kepada hantu ketimbang kepada Tuhan
Bahwa pemurung
tidak pernah merasa gembira
Sedangkan
pemulung tidak pelnah merasa gembila
Bahwa orang putus
asa suka memanggil asu
Bahwa lidah
memang pandai berdalih
Bahwa kelewat
paham bisa berakibat hampa
Bahwa amin yang
terbuat dari iman menjadikan kau merasa aman
Bahasa
Indonesiaku yang gundah
Membawaku ke
sebuah paragraf yang merindukan bau tubuhmu
Malam merangkai
kita menjadi kalimat majemuk yang hangat
Dimana kau induk
kalimat dan aku anak kalimat
Ketika induk
kalimat bilang pulang
Anak kalimat
paham
Bahwa pulang
adalah masuk ke dalam palung
Ruang penuh raung
Segala kenang
tertidur di dalam kening
Ketika akhirnya
matamu mati
Kita sudah
menjadi kalimat tunggal
Yang ingin
tinggal
Dan berharap tak
ada yang bakal tanggal
AKU INGIN MENCINTAIMU DENGAN SEDERHANA
Aku ingin
mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang
tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin
mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat
yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
HATIKU SELEMBAR DAUN
Hatiku selembar
daun melayang jatuh di rumput
Nanti dulu,
biarkan aku sejenak berbaring di sini
Ada yang masih
ingin ku pandang
Yang selama ini
senantiasa luput
Sesaat adalah
abadi
Sebelum kau sapu
taman setiap pagi
KUHENTIKAN HUJAN
Kuhentikan hujan
Kini matahari
merindukanku, mengangkat kabut pagi perlahan
Ada yang
berdenyut dalam diriku
Menembus tanah
basah
Dendam yang
dihamilkan hujan
Dan cahaya
matahari
Tak bisa kutolak
matahari memaksaku menciptakan bunga-bunga
HUJAN DI BULAN JINI
Tak ada yang
lebih tabah
Dari hujan bulan
Juni
Dirahasiakannya
rintik rindunya
Kepada pohon
berbunga itu
Tak ada yang
lebih bijak
Dari hujan bulan
Juni
Dihapuskannya
jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di
jalan itu
Tak ada yang
lebih arif
Dari hujan bulan
Juni
Dibiarkannya yang
tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu
Yang fana adalah
waktu
Kita abadi
Memungut detik
demi detik, merangkainya seperti bunga
Sampai pada suatu
hari kita lupa untuk apa
“Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?” tanyamu.
Kita abadi.
Kopi Koplo
Kamu yakin
yang kamu minum
dari cangkir cantik itu
kopi?
Itu racun rindu
yang mengandung aku.
dari cangkir cantik itu
kopi?
Itu racun rindu
yang mengandung aku.
Belajar Berdoa
Enggak usah crigis.
Mingkem saja dulu,
bereskan hatimu
yang amburadul.
Mingkem saja dulu,
bereskan hatimu
yang amburadul.
Kakus
Tega sekali
kaujadikan
dirimu yang wah
kakus
kumuh
berwajah
rumah ibadah.
kaujadikan
dirimu yang wah
kakus
kumuh
berwajah
rumah ibadah.
Bonus
Langit
membagikan
bonus
air mata
kepada
pelanggan
banjir
yang setia.
membagikan
bonus
air mata
kepada
pelanggan
banjir
yang setia.
Buku Hantu
Untuk apa
kamu menyita buku
yang belum/tidak
kamu baca?
kamu menyita buku
yang belum/tidak
kamu baca?
Untuk menghormati
hantu tercinta.
hantu tercinta.
Malam Minggu di Angkringan
Telah kugelar
hatiku yang jembar
di tengah zaman
yang kian sangar.
Monggo lenggah
menikmati langit
yang kinclong,
malam yang jingglang,
lupakan politik
yang bingar dan barbar.
Mau minum kopi
atau minum aku?
Atau bersandarlah
di punggungku
yang hangat dan liberal
sebelum punggungku
berubah menjadi
punggung negara
yang dingin perkasa.
hatiku yang jembar
di tengah zaman
yang kian sangar.
Monggo lenggah
menikmati langit
yang kinclong,
malam yang jingglang,
lupakan politik
yang bingar dan barbar.
Mau minum kopi
atau minum aku?
Atau bersandarlah
di punggungku
yang hangat dan liberal
sebelum punggungku
berubah menjadi
punggung negara
yang dingin perkasa.
Pada
Suatu Hari Nanti
“Pada suatu hari nanti,
jasadku tak akan ada lagi,
tapi dalam bait-bait sajak ini,
kau tak akan kurelakan sendiri.
jasadku tak akan ada lagi,
tapi dalam bait-bait sajak ini,
kau tak akan kurelakan sendiri.
Pada suatu hari nanti,
suaraku tak terdengar lagi,
tapi di antara larik-larik sajak ini.
suaraku tak terdengar lagi,
tapi di antara larik-larik sajak ini.
Kau akan tetap kusiasati,
pada suatu hari nanti,
impianku pun tak dikenal lagi,
namun di sela-sela huruf sajak ini,
kau tak akan letih-letihnya kucari.”
pada suatu hari nanti,
impianku pun tak dikenal lagi,
namun di sela-sela huruf sajak ini,
kau tak akan letih-letihnya kucari.”
Hanya
“Hanya suara burung yang kau
dengar
dan tak pernah kaulihat burung itu
tapi tahu burung itu ada di sana
dan tak pernah kaulihat burung itu
tapi tahu burung itu ada di sana
hanya desir angin yang kaurasa
dan tak pernah kaulihat angin itu
tapi percaya angin itu di sekitarmu
dan tak pernah kaulihat angin itu
tapi percaya angin itu di sekitarmu
hanya doaku yang bergetar malam
ini
dan tak pernah kaulihat siapa aku
tapi yakin aku ada dalam dirimu”
dan tak pernah kaulihat siapa aku
tapi yakin aku ada dalam dirimu”
Sajak-Sajak Kecil tentang Cinta
“mencintai angin
harus menjadi siut
mencintai air
harus menjadi ricik
mencintai gunung
harus menjadi terjal
mencintai api
harus menjadi jilat
harus menjadi siut
mencintai air
harus menjadi ricik
mencintai gunung
harus menjadi terjal
mencintai api
harus menjadi jilat
mencintai cakrawala
harus menebas jarak
harus menebas jarak
mencintai-Mu
harus menjelma aku”
harus menjelma aku”
Menjenguk Wajah di Kolam
“Jangan kauulang lagi
menjenguk
wajah yang merasa
sia-sia, yang putih
yang pasi
itu.
menjenguk
wajah yang merasa
sia-sia, yang putih
yang pasi
itu.
Jangan sekali-
kali membayangkan
Wajahmu sebagai
rembulan.
kali membayangkan
Wajahmu sebagai
rembulan.
Ingat,
jangan sekali-
kali. Jangan.
jangan sekali-
kali. Jangan.
Baik, Tuan.”
sumber: tidak diketahui maaf plagiat
0 Comments